PRAKTIK
I
PENGHILANGAN
BESI
I.
TUJUAN
a. Melakukan
analisa dan menghitung konsentrasi Besi, Mangan, Oksigen terlarut, kadar Khlor
aktif dalam kaporit dan sisa khlor
b. Menentukan
dosis pembubuhan KMnO4 secara teori dan praktik dalam penghilangan besi.
c. Menentukan
dosis pembubuhan oksigen secara teori dan praktik dalam penghilangan besi.
d. Menentukan
dosis pembubuhan kaporit secara teori dan praktik dalam penghilangan besi.
II.
PRINSIP
PERCOBAAN
Proses oksidasi secara kimiawi,
yaitu menaikkan tingkat oksidasi oleh suatu oksidator dengan tujuan mengubah
bentuk besi terlarut menjadi bentuk besi yang tidak terlarut / mengendap.
Proses ini di lapangan kemudian dilanjutkan dengan pemisahan endapan / suspensi
/ dispersi yang terbentuk menggunakan proses sedimentasi dan atau filtrasi.
III.
DASAR
TEORI
Untuk menghilangkan zat besi di dalam air
yang paling sering digunakan adalah dengan cara proses oksidasi secara kimiawi
kemudian dilanjutkan dengan pemisahan endapan/suspensi/dispersi atau (suspended
solid) yang terbentuk menggunakan proses sedimentasi dan atau filtrasi.
Untuk meningkatkan efisiensi pemisahan endapan tersebut maka dapat digunakan
proses koagulasi-flokulasi yang dilanjutkan dengan sedimentasi dan filtrasi.
Berikut ini beberapa proses penghilangan besi dalam
air:
·
Proses Oksidasi
Proses penghilangan besi dan mangan dengan cara
oksidasi dapat dilakukan dengan tiga macam cara yaitu :
1. Oksidasi dengan
aerasi
Aerasi adalah proses pengambilan oksigen dengan cara
mengkontakkan air yang tercemar Fe dengan udara sehingga kandungan oksigen
dalam air bertambah.
Adanya kandungan alkalinity, (HCO3)-
yang cukup besar dalam air, akan menyebabkan senyawa besi berada dalam bentuk
senyawa ferro bikarbonat, Fe(HCO3)2. Oleh karena bentuk
CO2 bebas lebih stabil daripada (HCO3)-, maka
senyawa bikarbonat cenderung berubah menjadi senyawa karbonat.
Fe(HCO3)2 ===> FeCO3 +
CO2 + H2O
Dari reakasi tersebut dapat dilihat, jika CO2
berkurang, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke kanan dan selanjutnya
reaksi akan menjadi sebagai berikut :
FeCO3 + CO2 ===> Fe(OH)2 + CO2
hidroksida besi (II) masih mempunyai kelarutan yang
cukup besar, sehingga jika terus dilakukan oksidasi dengan udara atau aerasi
akan terjadi reaksi (ion) sebagai berikut:
4 Fe2+ + O2 + 10 H2O ===> 4 Fe(OH)3 + 8 H+
Sesuai dengan reaksi tersebut, maka untuk mengoksidasi
setiap 1 mg/l zat besi dibutuhkan 0,14 mg/l oksigen. Pada pH rendah, kecepatan
reaksi oksidasi besi dengan oksigen (udara) relatif lambat, sehingga pada
prakteknya untuk mempercepat reaksi dilakukan dengan cara menaikkan pH air yang
akan diolah. Pengaruh pH terhadap oksidasi besi dengan udara (aerasi).
Menganalisa DO dalam air, dengan cara standarisasi
larutan terlebih dahulu dengan menggunakan rumus : V1.NI = V2.N2. kemudian
menentukan faktor Na thiosulfat dengan rumus :
fNa thiosulfat :
perhitungan DO :
2. Oksidasi dengan
klorinasi
Khlorine, Cl2 dan ion hipokhlorit, (OCl)- adalah
merupakan bahan oksidator yang kuat sehingga meskipun pada kondisi pH rendah
dan oksigen terlarut sedikit, dapat mengoksidasi dengan cepat. Reaksi oksidasi
antara besi dengan khlorine adalah sebagai berikut:
2 Fe2+ + Cl2 + 6 H2O ==> 2 Fe(OH)3 + 2 Cl- + 6 H+
Berdasarkan reaksi tersebut di atas, maka untuk
mengoksidasi setiap 1 mg/l zat besi dibutuhkan 0,64 mg/l khlorine. Tetapi pada
prakteknya, pemakaian khlorine ini lebih besar dari kebutuhan teoritis karena
adanya reaksi-reaksi samping yang mengikutinya. Disamping itu apabila kandungan
besi dalam air baku jumlahnya besar, maka jumlah khlorine yang diperlukan dan
endapan yang terjadi juga besar sehingga beban flokulator, bak pengendap dan
filter menjadi besar pula. Berdasarkan sifatnya, pada tekanan atmosfir khlorine
adalah berupa gas. Oleh karena itu, untuk mengefisienkannya, khlorine disimpan
dalam bentuk cair dalam suatu tabung silinder bertekanan 5 sampai 10 atmosfir.
Untuk melakukan khlorinasi, khlorine dilarutkan dalam air kemudian dimasukkan
ke dalam air yang jumlahnya diatur melalui orifice flowmeter atau dosimeter
yang disebut khlorinator. Pemakaian kaporit atau kalsium hipokhlorit untuk
mengoksidasi atau menghilangkan besi relatif sangat mudah karena kaporit berupa
serbuk atau tablet yang mudah larut dalam air.
Perhitungan khlor aktif, mg/l Cl2 :
Perhitungan kadar khlor aktif dalam kaporit:
3. Oksidasi dengan
permanganat
Untuk menghilangkan besi dalam air, dapat pula
dilakukan dengan mengoksidasinya dengan memakai oksidator kalium permanganat
dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
3 Fe2+ + KMnO4 + 7 H2O ==> 3 Fe(OH)3 + MnO2 + K+ +
5 H+
Secara stokhiometri, untuk mengoksidasi 1 mg/l besi
diperlukan 0,94 mg/l kalium permanganat. Dalam prakteknya, kebutuhan kalium
permanganat ternyata lebih sedikit dari kebutuhan yang dihitung berdasarkan
stokhiometri. Hal ini disebabkan karena terbentuknya mangan dioksida yang
berlebihan yang dapat berfungsi sebagai oksidator dan reaksi berlanjut sebagai
berikut :
2 Fe2+ + 2 MnO2 + 5 H2O ==> 2 Fe(OH)3 + Mn2O3 + 4 H+
IV.
ALAT
DAN BAHAN
·
Alat :
a. Beaker
glass 1 L
b. Aerator
c. Ph
meter
d. Termometer
e. Komparator
f. Erlenmeyr
g. Labu
ukur
h. Buret
i.
Botol BOD
·
Bahan :
a. Kaporit
0,1 %
b. KMnO4
c. Air
sampel
d. Aquadest
e. Larutan
MnSO4
f. Larutan
alkali iodida
g. Larutan
amilum
h. Larutan
hidroksilamin hidroklorida
i.
HCl pekat
j.
KI
k. K2CrO7
l.
H2SO4 1:8
m. Larutan
Na thiosulfat
n. Dapar
amonium asetat
o. Larutan
fenantrolin
p. Asam
asetat glasial
V.
CARA
KERJA
Pada praktikum ini dilakukan 3 ( tiga )
metode penghilangan besi dan mangan yaitu dengan oksigen, kaporit dan KmnO4
sebagai oksidator. Sebagai langkah awal ukur pH, suhu, oksigen terlarut,
konsentrasi besi dan konsentrasi mangan pada sampel. Catat data hasil pengukuran
dan perhitungan tersebut sebagai data awal.
A. Penghilangan
Besi dan Mangan Dengan Aerasi
§ Masukkan
sampel ke dalam beaker glass 1000 ml
§ Masukkan
aerator dan hidupkan selama 2 menit
§ Matikan
aerator, endapkan sampel beberapa saat (
§ Ambil
bagian atas sampel dan lakukan pengukuran pH,suhu, konsentrasi besi,
konsentrasi mangan dan DO
§ Hitung
% penghilangan konsentrasi besi dan mangan selama proses
§ Bandingkan
Fe yang hilang secara teori dengan secara praktik
B. Penghilangan
Besi dan Mangan dengan Kaporit sebagai Oksidator
1. Buat
larutan kaporit 0,1 %
-
Timbang 1 gram kaporit, maukkan kedalam
labu ukur 1000 ml
-
Larutkan dengan aquadest sampai kaporit
larut sempurna
-
Tepatkan volumenya sampai tanda batas
dengan aquadest, aduk larutan
-
Pindahkan larutan kedalam botol plastik,
diamkan larutan satu hati sebelum digunakan
Catatan : gunakan bagian larutan kaporit yang
beningnya saja (endapan jangan terambil/terbawa)
2. Tuangkan
1 L sampel kedalam beaker glass
3. Kurangi
volume air sampel dalam beaker glass
sesuai dengan jumlah larutan kaporit yang akan di masukkan
4. Masukkan
larutan kaporit kedalam beaker, aduk
5. Simpan
beaker glass dalam ruang gelap selama 30 menit
6. Selama
menunggu waktu analisa sisa klor, lakukan perhitungan konversi dari volume pembubuhan
kaporit dari mg/L kaporit menjadi mg/L Cl2.
7. Ambil
sampel bagian atas, uji sisa klor bebas dengan menggunakan komparator dan
analisa konsentrasi Fe,Mn, dan pH
8. Hitung
% penghilangan konsentrasi besi dan mangan selama proses
9. Hitung
Fe dan Mn yang hilang secara teori dengan cara:
x
1 mg/l Fe2+
C. Penghilangan
Besi dengan Kalium Permanganat
1. Memasukkan
sampel ke dalam beaker glass 1000 ml
2. Membubuhkan
KmnO4 0,1 % sambil diaduk ( pembubuhan
harus deketahui volumenya, jadi gunakan buret atau pipet ukur ). Semakin banyak
KMnO4 0,1 % yang dibubuhkan warna larutan akan berubah menjadi kecoklatan dan
akan semakin tua sebanding dengan besarnya konentrasi besi yang terdapat dalam
sampel. Melakukan pembubuhan sampai oksidasi sempurna yang dicirikan dengan
perubahan warna lartan menjadi kemerah merahan ( timbul sedikit warna KmnO4 è
menunjukkan KmnO4 yang dibubuhkan sedikit melebihi dosis oksidasi )
3. Mencatat
volume KmnO4 yang digunakan
4. Diamkan
sampel beberapa saat (
5
menit )
5. Sambil
menunggu waktu analisa sampel hitung mg/l KMnO4 yang dibtuhkan dengan cara :
6. Menganalisa
pH, suh, konsentrasi besi pada sampel
7. Menghitung
% penghilangan konsentrasi besi selama proses
8. Menghitung
Fe yang hilang secara teori dengan cara :
x
1 mg/l Fe2+
Lampiran
:
I.
Prosedur analisa besi dalam air
Pembuatan
kurva kalibrasi
§ Siapkan
satu set standar (
10
standar ) dengan cara memipet volume larutan standar yang akurat ke dalam labu
erlenmeyer 125ml
§
Besarnya konsentrasi standar yang dibuat
tergantung kebutuhan jenis pemeriksaan apakah besi jumlah, terlarut atau ferri,
dimana konsentrasi besi terlarut relatip lebih kecil dibandingkan dengan besi
jumlah ( terutama yang terkandung didalam air permukaan/sungai)
§
Untuk analisa besi jumlah batas
konsentrasi yang dibuat, misalnya 0,1- 2,0 mg/l, sedangkan untuk besi terlarut
(ferro) batas konsentrasi standar sampai dengan 500
g/l.
§
Tambahkan kedalam labu erlenmeyer yang
berisi larutan standar, aquadest sampai volume 50 ml ( volume larutan standar
dan aquadest ), masukkan beberapa butir batu didih.
§
Tambahkan 2 ml HCL pekat dan 1 ml larutan
hidroksilamin hidroklorida.
§
Didihkan sampai volume larutan menjadi
15-20 ml.
§
Dinginkan sampai temperatur kamar.
§
Pindahkan larutan kedalam labu ukur atau
tabung Nessler ukuran 50 atau 100 ml
§
Tambahkan 10 ml larutan dapar ammonium
asetat dan 4 ml larutan fenantrolin.
§
Encerkan dengan aquadest sampai tanda batas,
aduk dan diamkan 10-15 menit, untuk mendapatkan pembentukkan warna yang
sempurna.
§
kerjakan blanko dengan cara yang sama,
tetapi tanpa penambahan larutan standar hanya aquadest sebagai pengganti larutan
standar, penambahan reagen lainnya sama.
§
Ukur intensitas warna standar yang
dihasilkan dengan spektrofotometer dengan aquadest untuk menetapkan absorbansi
nol pada panjang gelombang 510 nm
§
plotkan pembacaan absorbansi standar
termasuk standar, terhadap konsentrasi besi dalam 50 atau 100 ml volume akhir
Pemeriksaan
Besi Jumlah ( Besi Total ) :
§ Aduk
contoh dan ukur sebanyak 50ml ( tergantung pengenceran jika contoh mengandung
> 200
, gunakan volume yang lebih kecil,
encerkan menjadi 50 ml),kemudian masukkan kedalam erlenmeyer 125 ml
§
tambahkan berberapa butir batu didih
§
Tambahkan 2 ml larutan HCL pekat dan 1 ml
larutan hidroksilamin
hidroklorida
§
Didihkan sampai volume contoh menjadi
15-20 ml.
§
Dinginkan sampai temperatur kamar.
§
Pindahkan larutan kedalam labu ukur atau
tabung Nessler ukuran 50 atau 100 ml (volume harus sama dengan pengerjaan kurva
kalibrasi)
§
Tambahkan 10 ml larutan dapar ammonium
asetat dan 4 ml larutan fenantrolin
§
Encerkan dengan aquadest sampai tanda
batas, aduk dan diamkan 10-15 menit.
§
Ukur intensitas warna standar yang
dihasilkan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm
§
bamdingkan hasil pembacaan absorbansi
contoh dengan kurva standar yang sesuai
II.
prosedur analisa DO dalam air dengan
Metode Winkler
a) Standarisasi
Larutan Sodium Tiosulfat titran
§
siapkan alat titran, kemudian masukkan
larutan Na tiosulfat titran kedalam buret, tepatkan miniskus pada nol ( 0 ) ;
§
Tambahkan 2 g KI, larutan dengan 50 ml
aquadest, didalam labu Erlenmeyer;
§
tambahkan 25 ml larutan K2Cr2O7
0,025 N dengan menggunakan pipet gondok;
§
Tambahkan 10 ml larutan H2SO4
1:8 ( warna larutan kecoklat-coklatan)
§
Titrasi dengan larutan Na tiosulfat,
sampai warna larutan kuning muda;
§
Tambahkan amylum (warna larutan biru tua
);
§
lanjutkan titrasi sampai warna biru tua
tepat hilang, catat pemakaian titrasi:
§ Hitung
ml pemakaian titran ( ml Na tiosulfat titran ), masukkan kedalam perhitungan
berikut :
dimana:
V1 : Volume larutan K2Cr2O7(
ml )
N2 : Normalitas larutan K2Cr2O7(
grek/l )
V2 : Volume larutanNa
tiosulfat ( ml )
N2 : Normalitaslarutan Na
tiosulfat yang dicari ( grek/l )
b) Menentukan
faktor Na tiosulfat
faktor
larutan Na tiosulfat dicari dengan cara berikut :
c)
Analisa sampel
§ sediakan
botol BOD ( volume ± 300 ml ) yang bersih, catat nomor dan volume botol.
§ isi
botol dengan sampel sampai penuh, usahakan selama pengisian tidak ada gelembung
udara didalam botol. untuk hal ini ada
cara khusus jika sampel diambil dibadan air/sungai, yaitu menggunakan DO
sampler
§ tutup
botol jika sudah tidak ada gelembung udara didalam boto, buang sisa air yang
tertinggal di dalam botol
§ buka
tutup botol segera tambahkan 2 ml
larutan MnSO4 dan 2 ml larutan alkali iodida, melalui mulut botol ( ujung pipet
menyentuh mulut botol)
§ tutup
botol, bolak-balikkan botol, jika timbul endapan coklat berarti ada oksigen
terlarut (DO) dalam air, jika timbul endapan putih ( menunjukan DO = 0 ). jika
timbul endapan coklat lakukan langkah berikut :
-
diamkan endapan mengendap sampai
kira-kira 1 cm diatas dasar botol
-
Larutkan endapan dengan menambahkan 2 ml
asam sulfat pekat ( penambahan melalui mulut botol )
-
tutup botol, kemudian bolak-balikkan
botol sampai endapan larutan sempurna.
-
siapkan alat titrasi,kemudian masukkan
larutan Na tiosulfat kedalam buret, tepatkan miniskus pada nol ( 0 ).
-
pindahkan larutan secara kuantitatif dan
hati-hati (jangan menimbulkan gelembung udara) ke dalam labu erlenmeyer 500 ml,
bilas botol dengan sedikit aquadest, masukkan air bilasan ke dalam labu
erlenmeyer.
-
titrasi sampai warna kuning muda *),
tambahkan 2-3 ml larutan amylum (timbul warna biru tua)
-
lanjutkan titrasi sampai warna biru tua
tepat hilang ( larutan menjadi bening, jika didiamkan beberapa saat akan biru
kembali!), catat pemakaian Na tiosulfat (ml titran), masukkan kedalam
perhitungan.
catatan :
*) jika setelah penambahan asam sulfat larutan
berwarna kuning muda,( menandakan DO kecil), maka larutan langsung ditambah
dengan 2-3 ml larutan amylum setelah titrasi dilakukan, langkah berikutnya sama
dengan diatas!
jika timbul endapan putih, untuk
menegaskan bahwa DO = 0, maka langkah-langkah berikut :
-
diamkan sampai endapan mengendap
sempurna (1 cm diatas dasar labu )
-
Larutkan endapan dengan menambahkan 2 ml
larutan H2SO4 pekat, melalui mulut botol, bolak-balikkan botol sampai endapan larut.
-
tambahkan 2ml larutan amylum, jika tidak
timbul warna biru, maka DO=0, tetapi jika timbul sedikit warna biru, lakukan
titrasi dengan larutan Na tiosulfat sampai warna biru tepat hilang, catat
pemakaian titran, masukkan kedalam perhitungan.
perhitungan :
oksigen terlarut DO, mg/l O2 :
keterangan :
1 ml larutan Na tiosulfat 0,025 N =
0,2 mg O2
III.
Prosedur analisa sisa klor
a. pengukuran
sisa klor total dengan komparator lovibond dengan menggunakan DPD no3:
b. Penentuan
kadar klor aktif dalam kaporit :
-
pipet 10 ml larutan kaporit 0,1 %,
masukkan kedalam labu ukur 100 ml
-
tepatkan volumenya dengan aquadest
sampai tanda batas, konsentasi larutan 1000 mg/l
-
pindahkan kedalam erlenmeyer 250 ml
-
tambahkan 1 gram KI, aduk sampai KI
larut
-
tambahkan 4 ml asam asetat glasial
-
titrasi dengan Na- thiosulfat sampai
warna kuning muda
-
tambahkan 4 ml larutan amylum
-
lanjutkan titrasi sampai warna biru
tepat hilang ( hasil titrasi =A)
-
lakukan hal yang sama untuk blank (
larutan kaporit diganti degan aquadest sebanyak 100 ml ) Þ
hasil titrasi = B
catatan
:
pada
analisa blank, setelah ditambah KI, langsung ditambah amylum, kalau tidak terbentuk
warna biru, maka berarti blank (B) =0
perhitungan
:
1. kandungan
khlor aktif, mg/l Cl2
dimana
:
A = ml titran ( Na tiosulfat ) untuk
sampel
B = ml titran untuk blank
N = normalitas
BE
Cl2 = 35,453
2. kadar
khlor aktif dalam kaporit:
VI.
DATA
PENGAMATAN
A. Sampel
awal
·
Konsentrasi Fe : 0,310
·
PH
: 7,5
·
Suhu : 25,40C
B. Metode
Aerasi
·
Waktu aerasi : 2 menit
·
Volume sampel : 1000 ml
C. Metode
Penambahan Khlor
·
Konsentrasi kaporit induk : 0,1 %
·
Volume sampel : 1000 ml
·
Volume kaporit yang ditambah : 10 ml
·
Konsentrasi kaporit : 10 mg/l
·
Konsentrasi khlor dalam beaker glass : 7,5 mg/l Cl2
·
Waktu sampel didiamkan : 1 jam
·
Sisa khor : 0,186 mg/l
·
Khlor yang digunakan :7,31 mg/l Cl2
D. Metode
Penambahan KMnO4
·
Konsentrasi KMnO4 induk : 0,1 N : 3160,9 mg/l
·
Volume sampel : 1000 ml
·
Volume KMnO4 yang dibutuhkan
: 10 ml
Hasil analisa besi dalam air
|
|
Absorbansi
|
Result
|
|
Sampel
|
0,027
|
0,310
|
|
Aerasi
|
0,013
|
0
|
|
Kaporit
|
0,016
|
0
|
|
KMnO4
|
0,008
|
0,120
|
E. Analisa
DO dalam air
Standarisasi Na thiosulfat
Normalitas Na thiosulfat : 0,15 N
·
sampel awal
|
Titrasi
|
Volume
Na thiosulfat
|
|
Sebelum
+ amilum
|
1,5
ml
|
|
Setelah
+ amilum
|
0,2
ml
|
|
Jumlah
|
1,7
ml
|
· aerasi
:
|
Titrasi
|
Volume
Na thiosulfat
|
|
Sebelum
+ amilum
|
1,5
ml
|
|
Setelah
+ amilum
|
0,5
ml
|
|
Jumlah
|
2,0
ml
|
VII. PERHITUNGAN
a. Perhitungan
DO dalam sampel
ü Sampel
awal
DO, mg/l Cl2 :
:
: 6,892 mg/l O2
ü Aerasi
DO, mg/l Cl2 :
:
: 8,108 mg/l O2
Penambahan
oksigen terlarut = 8,108 - 6,892 =1,2 mg/l Cl2
b. Metode
penambahan khlor
Konsentrasi kaporit : 0,1 % = 1000 mg/l
Kaporit yang digunakan 10 ml,
sehingga konsentrasi kaporit dalam 1000 ml sampel :
10 ml kaporit
10 x 1000 = 1000 x C2
C2 =
C2 = 10 mg/l
Khlor 75 %
Khlor = 10 x
= 7,5 mg/l
· Sisa
khlor
|
Ml
titran A
|
3,5
ml
|
|
Ml
titran B
|
0
ml
|
a. Kandungan
khor aktif mg/l Cl2 :
=
=
=0,186 mg/l Cl2
b. Kadar khlor aktif dalam kaporit
= x 100%
= x 100%
=
x
100%
=1,86 %
Khlor yang digunakan = konsentrasi khlor yang dimasukkan – sisa
khlor
= 7,5 – 0,186
=7,31 mg/l Cl2
c. Metode
Penambahan KMnO4
Dosis KMnO4 dalam sampel :
V1 x C1 = V2 x C2
10 x 3160,9 = 1000 x C2
C2=
31,609
d. Penurunan
kadar besi dalam sampel
·
Aerasi
=0,310 – 0
=0,310 mg/l Fe
·
Penambahan khlor
=0,310 – 0
=0,310 mg/l Fe
·
Penambahan KMnO4
=0,310 – 0,120
=0,006
mg/l Fe
VIII.
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini menggunakan
sampel sumur, penghilangan besi dengan cara aerasi, penambahan khlor, dan
penambahan KMnO4. Setelah melakukan analisa dan perhitungan diketahui
perbandingan dosis oksidator dengan penghilang besi :
a. Aerasi
Penurunan Fe : Kenaikan DO
(0,310 – 0) : (8,108 – 6,892)
0,310 : 1,2
x 0,83
0,257 :
1
ü 1
mg/l DO è
Menghilangkan 0,257 mg/l Fe è secara praktik
ü 1
mg/l DO è
Menghilangkan 0,14 mg/l Fe è
secara teori
Nilai kebutuhan praktik lebih besar dari nilai teoritis kemungkinan
karena air baku tersebut
memiliki kandungan O2 yang rendah, sehingga membutuhkan jumlah DO
yang besar untuk menurunkan kandungan Fe sebesar 0,257 mg/L.Oksigen merupakan
oksidator terendah,dan biasanya kebutuhan lapangan lebih besar dari pada
teoritis,dibuktikan dari perhitungan tersebut.
b. Penambahan
Khlor
Penurunan Fe : Penurunan Khlor
(0,310 – 0) : (7,5 – 0,124)
0,310 : 7,376x
0,1356
0,042 :
1
ü 1
mg/l Cl2 è
Menghilangkan 0,042 mg/l Fe è secara praktik
ü 1
mg/l Cl2 è
Menghilangkan 0,47 mg/l Fe è
secara teori
Nilai kebutuhan prakik berbeda jauh
beberapa kali lipat dari nilai kebutuhan teoritis. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh adanya kandungan lain yang ada dalam air baku yang ikut
bereaksi dengan Khlor, sehingga nilainya jauhh menyimpang.
c. Penambahan
KMnO4
Penurunan Fe : Kenaikan DO
(0,310 – 0,120) : (31,609)
0,19 : 31,609 x
0,0316
0,006 :
1
ü 1
mg/l KMnO4 è
Menghilangkan 0,006 mg/l Fe è secara praktik
ü 1
mg/l KMnO4 è
Menghilangkan 0,57 mg/l Fe è
secara teori
Nilai kebutuhan praktik lebih kecil
dari nilai teoritis karena air baku tersebut memiliki kandungan O2
yang tinggi, sehingga membutuhkan jumlah DO sedikit untuk menurunkan kandungan
Fe sebesar 6,4 mg/L. Biasanya kebutuhan lapangan lebih sedikit dari pada
kebutuhan teoritis karena, pada KMnO4 dimasukan ke dalam air maka
ada Mn2+ yang terbentuk dan menjadi oksidator baru. Terbukti dari
perhitungan tersebut.
Apabila terdapat kekurangan kemungkinan karena kurangnya
tingkat keakuratan alat yang rendah, kurangnya ketelitian dalam melakukan
percobaan seperti menitrasi dan mengukur volume larutan.
IX.
KESIMPULAN
Diketahui konsentrasi awal Besi sebesar 0,310 mg/L Fe,setelah di beri beberapa
metode pengolahan ,nilai konsentrasi Fe menjadi turun. Setelah di olah dengan
aerasi konsentrasi nya turun 100% yaitu 0,310mg/L dengan nilai penurunan 0,310
mg/L. Setelah diberi penambahan KMnO4, konsentrasi Fe menjadi
turun sebesar 0,120 mg/L dengan nilai penurunan 0,19 mg/L. Kemudian diberi
penambahan khlor konsentarsi Fe turun menjadi 0,310 mg/L turun 100 %.
X. DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar