Minggu, 26 Maret 2017

Laporan Praktikum kimia air : Penghilangan besi pada air



PRAKTIK I
PENGHILANGAN BESI

I.          TUJUAN
a.       Melakukan analisa dan menghitung konsentrasi Besi, Mangan, Oksigen terlarut, kadar Khlor aktif dalam kaporit dan sisa khlor
b.      Menentukan dosis pembubuhan KMnO4 secara teori dan praktik dalam penghilangan besi.
c.       Menentukan dosis pembubuhan oksigen secara teori dan praktik dalam penghilangan besi.
d.      Menentukan dosis pembubuhan kaporit secara teori dan praktik dalam penghilangan besi.

II.       PRINSIP PERCOBAAN
Proses oksidasi secara kimiawi, yaitu menaikkan tingkat oksidasi oleh suatu oksidator dengan tujuan mengubah bentuk besi terlarut menjadi bentuk besi yang tidak terlarut / mengendap. Proses ini di lapangan kemudian dilanjutkan dengan pemisahan endapan / suspensi / dispersi yang terbentuk menggunakan proses sedimentasi dan atau filtrasi.

III.    DASAR TEORI
Untuk menghilangkan zat besi di dalam air yang paling sering digunakan adalah dengan cara proses oksidasi secara kimiawi kemudian dilanjutkan dengan pemisahan endapan/suspensi/dispersi atau (suspended solid) yang terbentuk menggunakan proses sedimentasi dan atau filtrasi. Untuk meningkatkan efisiensi pemisahan endapan tersebut maka dapat digunakan proses koagulasi-flokulasi yang dilanjutkan dengan sedimentasi dan filtrasi.
Berikut ini beberapa proses penghilangan besi dalam air:
·         Proses Oksidasi
Proses penghilangan besi dan mangan dengan cara oksidasi dapat dilakukan dengan tiga macam cara yaitu :
1.      Oksidasi dengan aerasi
Aerasi adalah proses pengambilan oksigen dengan cara mengkontakkan air yang tercemar Fe dengan udara sehingga kandungan oksigen dalam air bertambah.
Adanya kandungan alkalinity, (HCO3)- yang cukup besar dalam air, akan menyebabkan senyawa besi berada dalam bentuk senyawa ferro bikarbonat, Fe(HCO3)2. Oleh karena bentuk CO2 bebas lebih stabil daripada (HCO3)-, maka senyawa bikarbonat cenderung berubah menjadi senyawa karbonat.
Fe(HCO3)2 ===> FeCO3 + CO2 + H2O
Dari reakasi tersebut dapat dilihat, jika CO2 berkurang, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke kanan dan selanjutnya reaksi akan menjadi sebagai berikut :
FeCO3 + CO2 ===> Fe(OH)2 + CO2
hidroksida besi (II) masih mempunyai kelarutan yang cukup besar, sehingga jika terus dilakukan oksidasi dengan udara atau aerasi akan terjadi reaksi (ion) sebagai berikut:
4 Fe2+ + O2 + 10 H2O ===> 4 Fe(OH)3 + 8 H+
Sesuai dengan reaksi tersebut, maka untuk mengoksidasi setiap 1 mg/l zat besi dibutuhkan 0,14 mg/l oksigen. Pada pH rendah, kecepatan reaksi oksidasi besi dengan oksigen (udara) relatif lambat, sehingga pada prakteknya untuk mempercepat reaksi dilakukan dengan cara menaikkan pH air yang akan diolah. Pengaruh pH terhadap oksidasi besi dengan udara (aerasi).
Menganalisa DO dalam air, dengan cara standarisasi larutan terlebih dahulu dengan menggunakan rumus : V1.NI = V2.N2. kemudian menentukan faktor Na thiosulfat dengan rumus :
fNa thiosulfat :
perhitungan DO :

2.      Oksidasi dengan klorinasi
Khlorine, Cl2 dan ion hipokhlorit, (OCl)- adalah merupakan bahan oksidator yang kuat sehingga meskipun pada kondisi pH rendah dan oksigen terlarut sedikit, dapat mengoksidasi dengan cepat. Reaksi oksidasi antara besi dengan khlorine adalah sebagai berikut:
2 Fe2+ + Cl2 + 6 H2O ==> 2 Fe(OH)3 + 2 Cl- + 6 H+
Berdasarkan reaksi tersebut di atas, maka untuk mengoksidasi setiap 1 mg/l zat besi dibutuhkan 0,64 mg/l khlorine. Tetapi pada prakteknya, pemakaian khlorine ini lebih besar dari kebutuhan teoritis karena adanya reaksi-reaksi samping yang mengikutinya. Disamping itu apabila kandungan besi dalam air baku jumlahnya besar, maka jumlah khlorine yang diperlukan dan endapan yang terjadi juga besar sehingga beban flokulator, bak pengendap dan filter menjadi besar pula. Berdasarkan sifatnya, pada tekanan atmosfir khlorine adalah berupa gas. Oleh karena itu, untuk mengefisienkannya, khlorine disimpan dalam bentuk cair dalam suatu tabung silinder bertekanan 5 sampai 10 atmosfir. Untuk melakukan khlorinasi, khlorine dilarutkan dalam air kemudian dimasukkan ke dalam air yang jumlahnya diatur melalui orifice flowmeter atau dosimeter yang disebut khlorinator. Pemakaian kaporit atau kalsium hipokhlorit untuk mengoksidasi atau menghilangkan besi relatif sangat mudah karena kaporit berupa serbuk atau tablet yang mudah larut dalam air.
Perhitungan khlor aktif, mg/l Cl2 :

Perhitungan kadar khlor aktif dalam kaporit:

3.      Oksidasi dengan permanganat
Untuk menghilangkan besi dalam air, dapat pula dilakukan dengan mengoksidasinya dengan memakai oksidator kalium permanganat dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
3 Fe2+ + KMnO4 + 7 H2O ==> 3 Fe(OH)3 + MnO2 + K+ + 5 H+
Secara stokhiometri, untuk mengoksidasi 1 mg/l besi diperlukan 0,94 mg/l kalium permanganat. Dalam prakteknya, kebutuhan kalium permanganat ternyata lebih sedikit dari kebutuhan yang dihitung berdasarkan stokhiometri. Hal ini disebabkan karena terbentuknya mangan dioksida yang berlebihan yang dapat berfungsi sebagai oksidator dan reaksi berlanjut sebagai berikut :
2 Fe2+ + 2 MnO2 + 5 H2O ==> 2 Fe(OH)3 + Mn2O3 + 4 H+

IV.    ALAT DAN BAHAN
·         Alat :
a.       Beaker glass 1 L
b.      Aerator
c.       Ph meter
d.      Termometer
e.       Komparator
f.       Erlenmeyr
g.      Labu ukur
h.      Buret
i.        Botol BOD
·         Bahan :
a.       Kaporit 0,1 %
b.      KMnO4
c.       Air sampel
d.      Aquadest
e.       Larutan MnSO4
f.       Larutan alkali iodida
g.      Larutan amilum
h.      Larutan hidroksilamin hidroklorida
i.        HCl pekat
j.        KI
k.      K2CrO7
l.        H2SO4 1:8
m.    Larutan Na thiosulfat
n.      Dapar amonium asetat
o.      Larutan fenantrolin
p.      Asam asetat glasial

V.       CARA KERJA
Pada praktikum ini dilakukan 3 ( tiga ) metode penghilangan besi dan mangan yaitu dengan oksigen, kaporit dan KmnO4 sebagai oksidator. Sebagai langkah awal ukur pH, suhu, oksigen terlarut, konsentrasi besi dan konsentrasi mangan pada sampel. Catat data hasil pengukuran dan perhitungan tersebut sebagai data awal.
A.    Penghilangan Besi dan Mangan Dengan Aerasi
§  Masukkan sampel ke dalam beaker glass 1000 ml
§  Masukkan aerator dan hidupkan selama 2 menit
§  Matikan aerator, endapkan sampel beberapa saat (
§  Ambil bagian atas sampel dan lakukan pengukuran pH,suhu, konsentrasi besi, konsentrasi mangan dan DO
§  Hitung % penghilangan konsentrasi besi dan mangan selama proses
§  Bandingkan Fe yang hilang secara teori dengan secara praktik

B.     Penghilangan Besi dan Mangan dengan Kaporit sebagai Oksidator
1.      Buat larutan kaporit 0,1 %
-          Timbang 1 gram kaporit, maukkan kedalam labu ukur 1000 ml
-          Larutkan dengan aquadest sampai kaporit larut sempurna
-          Tepatkan volumenya sampai tanda batas dengan aquadest, aduk larutan
-          Pindahkan larutan kedalam botol plastik, diamkan larutan satu hati sebelum digunakan
Catatan : gunakan bagian larutan kaporit yang beningnya saja (endapan jangan terambil/terbawa)
2.      Tuangkan 1 L sampel kedalam beaker glass
3.      Kurangi volume air sampel dalam  beaker glass sesuai dengan jumlah larutan kaporit yang akan di masukkan
4.      Masukkan larutan kaporit kedalam beaker, aduk
5.      Simpan beaker glass dalam ruang gelap selama 30 menit
6.      Selama menunggu waktu analisa sisa klor, lakukan perhitungan konversi dari volume pembubuhan kaporit dari mg/L kaporit menjadi mg/L Cl2.
7.      Ambil sampel bagian atas, uji sisa klor bebas dengan menggunakan komparator dan analisa konsentrasi Fe,Mn, dan pH
8.      Hitung % penghilangan konsentrasi besi dan mangan selama proses

9.      Hitung Fe dan Mn yang hilang secara teori dengan cara:

 x 1 mg/l Fe2+

C.     Penghilangan Besi dengan Kalium Permanganat
1.      Memasukkan sampel ke dalam beaker glass 1000 ml
2.      Membubuhkan KmnO4 0,1 % sambil  diaduk ( pembubuhan harus deketahui volumenya, jadi gunakan buret atau pipet ukur ). Semakin banyak KMnO4 0,1 % yang dibubuhkan warna larutan akan berubah menjadi kecoklatan dan akan semakin tua sebanding dengan besarnya konentrasi besi yang terdapat dalam sampel. Melakukan pembubuhan sampai oksidasi sempurna yang dicirikan dengan perubahan warna lartan menjadi kemerah merahan ( timbul sedikit warna KmnO4 è menunjukkan KmnO4 yang dibubuhkan sedikit melebihi dosis oksidasi )
3.      Mencatat volume KmnO4 yang digunakan
4.      Diamkan sampel beberapa saat (  5 menit )
5.      Sambil menunggu waktu analisa sampel hitung mg/l KMnO4 yang dibtuhkan dengan cara :
6.      Menganalisa pH, suh, konsentrasi besi pada sampel
7.      Menghitung % penghilangan konsentrasi besi selama proses
8.      Menghitung Fe yang hilang secara teori dengan cara :
 x 1 mg/l Fe2+

Lampiran :       
       I.            Prosedur analisa besi dalam air
Pembuatan kurva kalibrasi
§  Siapkan satu set standar (  10 standar ) dengan cara memipet volume larutan standar yang akurat ke dalam labu erlenmeyer 125ml
§  Besarnya konsentrasi standar yang dibuat tergantung kebutuhan jenis pemeriksaan apakah besi jumlah, terlarut atau ferri, dimana konsentrasi besi terlarut relatip lebih kecil dibandingkan dengan besi jumlah ( terutama yang terkandung didalam air permukaan/sungai)
§  Untuk analisa besi jumlah batas konsentrasi yang dibuat, misalnya 0,1- 2,0 mg/l, sedangkan untuk besi terlarut (ferro) batas konsentrasi standar sampai dengan 500 g/l.
§  Tambahkan kedalam labu erlenmeyer yang berisi larutan standar, aquadest sampai volume 50 ml ( volume larutan standar dan aquadest ), masukkan beberapa butir batu didih.
§  Tambahkan 2 ml HCL pekat dan 1 ml larutan hidroksilamin hidroklorida.
§  Didihkan sampai volume larutan menjadi 15-20 ml.
§  Dinginkan sampai temperatur kamar.
§  Pindahkan larutan kedalam labu ukur atau tabung Nessler ukuran 50 atau 100 ml
§  Tambahkan 10 ml larutan dapar ammonium asetat dan 4 ml larutan fenantrolin.
§   Encerkan dengan aquadest sampai tanda batas, aduk dan diamkan 10-15 menit, untuk mendapatkan pembentukkan warna yang sempurna.
§  kerjakan blanko dengan cara yang sama, tetapi tanpa penambahan larutan standar hanya aquadest sebagai pengganti larutan standar, penambahan reagen lainnya sama.
§  Ukur intensitas warna standar yang dihasilkan dengan spektrofotometer dengan aquadest untuk menetapkan absorbansi nol pada panjang gelombang 510 nm
§  plotkan pembacaan absorbansi standar termasuk standar, terhadap konsentrasi besi dalam 50 atau 100 ml volume akhir

Pemeriksaan Besi Jumlah ( Besi Total ) :
§  Aduk contoh dan ukur sebanyak 50ml ( tergantung pengenceran jika contoh mengandung > 200 , gunakan volume yang lebih kecil, encerkan menjadi 50 ml),kemudian masukkan kedalam erlenmeyer 125 ml
§  tambahkan berberapa butir batu didih
§  Tambahkan 2 ml larutan HCL pekat dan 1 ml larutan hidroksilamin hidroklorida
§  Didihkan sampai volume contoh menjadi 15-20 ml.
§  Dinginkan sampai temperatur kamar.
§  Pindahkan larutan kedalam labu ukur atau tabung Nessler ukuran 50 atau 100 ml (volume harus sama dengan pengerjaan kurva kalibrasi)
§  Tambahkan 10 ml larutan dapar ammonium asetat dan 4 ml larutan fenantrolin
§  Encerkan dengan aquadest sampai tanda batas, aduk dan diamkan 10-15 menit.
§  Ukur intensitas warna standar yang dihasilkan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm
§  bamdingkan hasil pembacaan absorbansi contoh dengan kurva standar yang sesuai

    II.            prosedur analisa DO dalam air dengan Metode Winkler
a)    Standarisasi Larutan Sodium Tiosulfat titran
§  siapkan alat titran, kemudian masukkan larutan Na tiosulfat titran kedalam buret, tepatkan miniskus pada nol ( 0 ) ;
§  Tambahkan 2 g KI, larutan dengan 50 ml aquadest, didalam labu Erlenmeyer;
§  tambahkan 25 ml larutan K2Cr2O7 0,025 N dengan menggunakan pipet gondok;
§  Tambahkan 10 ml larutan H2SO4 1:8 ( warna larutan kecoklat-coklatan)
§  Titrasi dengan larutan Na tiosulfat, sampai warna larutan kuning muda;
§  Tambahkan amylum (warna larutan biru tua );
§  lanjutkan titrasi sampai warna biru tua tepat hilang, catat pemakaian titrasi:
§  Hitung ml pemakaian titran ( ml Na tiosulfat titran ), masukkan kedalam perhitungan berikut :
dimana:
V1 : Volume larutan K2Cr2O7( ml )
N2 : Normalitas larutan K2Cr2O7( grek/l )
V2 : Volume larutanNa tiosulfat ( ml )
N2 : Normalitaslarutan Na tiosulfat yang dicari ( grek/l )

b)   Menentukan faktor Na tiosulfat
faktor larutan Na tiosulfat dicari dengan cara berikut :

c)    Analisa sampel
§  sediakan botol BOD ( volume ± 300 ml ) yang bersih, catat nomor dan volume botol.
§  isi botol dengan sampel sampai penuh, usahakan selama pengisian tidak ada gelembung udara didalam botol.  untuk hal ini ada cara khusus jika sampel diambil dibadan air/sungai, yaitu menggunakan DO sampler
§  tutup botol jika sudah tidak ada gelembung udara didalam boto, buang sisa air yang tertinggal di dalam botol
§  buka tutup botol segera  tambahkan 2 ml larutan MnSO4 dan 2 ml larutan alkali iodida, melalui mulut botol ( ujung pipet menyentuh mulut botol)
§  tutup botol, bolak-balikkan botol, jika timbul endapan coklat berarti ada oksigen terlarut (DO) dalam air, jika timbul endapan putih ( menunjukan DO = 0 ). jika timbul endapan coklat lakukan langkah berikut :
-          diamkan endapan mengendap sampai kira-kira 1 cm diatas dasar botol
-          Larutkan endapan dengan menambahkan 2 ml asam sulfat pekat ( penambahan melalui mulut botol )
-          tutup botol, kemudian bolak-balikkan botol sampai endapan larutan sempurna.
-          siapkan alat titrasi,kemudian masukkan larutan Na tiosulfat kedalam buret, tepatkan miniskus pada nol ( 0 ).
-          pindahkan larutan secara kuantitatif dan hati-hati (jangan menimbulkan gelembung udara) ke dalam labu erlenmeyer 500 ml, bilas botol dengan sedikit aquadest, masukkan air bilasan ke dalam labu erlenmeyer.
-          titrasi sampai warna kuning muda *), tambahkan 2-3 ml larutan amylum (timbul warna biru tua)
-          lanjutkan titrasi sampai warna biru tua tepat hilang ( larutan menjadi bening, jika didiamkan beberapa saat akan biru kembali!), catat pemakaian Na tiosulfat (ml titran), masukkan kedalam perhitungan.
catatan :
*) jika setelah penambahan asam sulfat larutan berwarna kuning muda,( menandakan DO kecil), maka larutan langsung ditambah dengan 2-3 ml larutan amylum setelah titrasi dilakukan, langkah berikutnya sama dengan diatas!
jika timbul endapan putih, untuk menegaskan bahwa DO = 0, maka langkah-langkah berikut :
-          diamkan sampai endapan mengendap sempurna (1 cm diatas dasar labu )
-          Larutkan endapan dengan menambahkan 2 ml larutan H2SO4 pekat, melalui mulut botol, bolak-balikkan botol sampai endapan larut.
-          tambahkan 2ml larutan amylum, jika tidak timbul warna biru, maka DO=0, tetapi jika timbul sedikit warna biru, lakukan titrasi dengan larutan Na tiosulfat sampai warna biru tepat hilang, catat pemakaian titran, masukkan kedalam perhitungan.
perhitungan :
oksigen terlarut DO, mg/l O2 :
keterangan :
1 ml larutan Na tiosulfat 0,025 N = 0,2 mg O2



 III.            Prosedur analisa sisa klor
a.       pengukuran sisa klor total dengan komparator lovibond dengan menggunakan DPD no3:
b.      Penentuan kadar klor aktif dalam kaporit :
-          pipet 10 ml larutan kaporit 0,1 %, masukkan kedalam labu ukur 100 ml
-          tepatkan volumenya dengan aquadest sampai tanda batas, konsentasi larutan 1000 mg/l
-          pindahkan kedalam erlenmeyer 250 ml
-          tambahkan 1 gram KI, aduk sampai KI larut
-          tambahkan 4 ml asam asetat glasial
-          titrasi dengan Na- thiosulfat sampai warna kuning muda
-          tambahkan 4 ml larutan  amylum
-          lanjutkan titrasi sampai warna biru tepat hilang ( hasil titrasi =A)
-          lakukan hal yang sama untuk blank ( larutan kaporit diganti degan aquadest sebanyak 100 ml ) Þ hasil titrasi = B
catatan :
pada analisa blank, setelah ditambah KI, langsung ditambah amylum, kalau tidak terbentuk warna biru, maka berarti blank (B) =0
perhitungan :
1.      kandungan khlor aktif, mg/l Cl2
dimana :
A             = ml titran ( Na tiosulfat ) untuk sampel
B             = ml titran untuk blank
N             = normalitas
BE Cl2    = 35,453

2.      kadar khlor aktif dalam kaporit:



VI.    DATA PENGAMATAN
A.    Sampel awal
·         Konsentrasi Fe     : 0,310
·         PH                        : 7,5
·         Suhu                      : 25,40C

B.     Metode Aerasi
·         Waktu aerasi        : 2 menit
·         Volume sampel    : 1000 ml

C.     Metode Penambahan Khlor
·         Konsentrasi kaporit induk                        : 0,1 %
·         Volume sampel                                        : 1000 ml
·         Volume kaporit yang ditambah               : 10 ml
·         Konsentrasi kaporit                                  : 10 mg/l
·         Konsentrasi khlor dalam beaker glass      : 7,5 mg/l Cl2
·         Waktu sampel didiamkan                                    : 1 jam
·         Sisa khor                                                  : 0,186 mg/l
·         Khlor yang digunakan                             :7,31 mg/l Cl2

D.  Metode Penambahan KMnO4
·         Konsentrasi KMnO4 induk         : 0,1 N : 3160,9 mg/l
·         Volume sampel                            : 1000 ml
·         Volume KMnO4 yang dibutuhkan : 10 ml

Hasil analisa besi dalam air

Absorbansi
Result
Sampel
0,027
0,310
Aerasi
0,013
0
Kaporit
0,016
0
KMnO4
0,008
0,120


E.     Analisa DO dalam air
Standarisasi Na thiosulfat
Normalitas Na thiosulfat : 0,15 N
·         sampel awal
Titrasi
Volume Na thiosulfat
Sebelum + amilum
1,5 ml
Setelah + amilum
0,2 ml
Jumlah
1,7 ml

·      aerasi :
Titrasi
Volume Na thiosulfat
Sebelum + amilum
1,5 ml
Setelah + amilum
0,5 ml
Jumlah
2,0 ml


VII. PERHITUNGAN
a.       Perhitungan DO dalam sampel
ü  Sampel awal
DO, mg/l Cl2 :
:
: 6,892 mg/l O2

ü  Aerasi
DO, mg/l Cl2 :
:
: 8,108 mg/l O2
Penambahan oksigen terlarut = 8,108 - 6,892 =1,2 mg/l Cl2

b.      Metode penambahan khlor
Konsentrasi kaporit          : 0,1 % = 1000 mg/l
Kaporit yang digunakan 10 ml, sehingga konsentrasi kaporit dalam 1000 ml sampel :
10 ml kaporit
10 x 1000 = 1000 x C2
C2 =
C2 = 10 mg/l
Khlor 75 %
Khlor = 10 x
= 7,5 mg/l
·      Sisa khlor
Ml titran A
3,5 ml
Ml titran B
0 ml

a.       Kandungan khor aktif mg/l Cl2 :
=
=
=0,186 mg/l Cl2

b.      Kadar khlor aktif dalam kaporit
=  x 100%
=  x 100%
=1,86 %
Khlor yang digunakan     = konsentrasi khlor yang dimasukkan – sisa khlor
                                                            = 7,5 – 0,186
                                                            =7,31 mg/l Cl2

c.       Metode Penambahan KMnO4
Dosis KMnO4 dalam sampel     :
V1 x C1 = V2 x C2
10 x 3160,9 = 1000 x C2
               C2= 31,609
d.      Penurunan kadar besi dalam sampel
·         Aerasi
=0,310 – 0
=0,310 mg/l Fe
·         Penambahan khlor
=0,310 – 0
=0,310 mg/l Fe
·         Penambahan KMnO4
=0,310 – 0,120
=0,006  mg/l Fe

VIII.                 PEMBAHASAN
Praktikum kali ini menggunakan sampel sumur, penghilangan besi dengan cara aerasi, penambahan khlor, dan penambahan KMnO4. Setelah melakukan analisa dan perhitungan diketahui perbandingan dosis oksidator dengan penghilang besi :
a.       Aerasi
Penurunan Fe             : Kenaikan DO
(0,310 – 0)                  : (8,108 – 6,892)
0,310                          : 1,2 x 0,83
0,257                         : 1
ü 1 mg/l DO è Menghilangkan 0,257 mg/l Fe è secara praktik
ü 1 mg/l DO è Menghilangkan 0,14  mg/l Fe è secara teori
Nilai kebutuhan praktik lebih besar dari nilai teoritis kemungkinan karena air baku tersebut memiliki kandungan O2 yang rendah, sehingga membutuhkan jumlah DO yang besar untuk menurunkan kandungan Fe sebesar 0,257 mg/L.Oksigen merupakan oksidator terendah,dan biasanya kebutuhan lapangan lebih besar dari pada teoritis,dibuktikan dari perhitungan tersebut.
b.      Penambahan Khlor
Penurunan Fe             : Penurunan Khlor
(0,310 – 0)                  : (7,5 – 0,124)
0,310                          : 7,376x 0,1356
0,042                         : 1
ü 1 mg/l Cl2 è Menghilangkan 0,042 mg/l Fe è secara praktik
ü 1 mg/l Cl2 è Menghilangkan 0,47  mg/l Fe è secara teori
Nilai kebutuhan prakik berbeda jauh beberapa kali lipat dari nilai kebutuhan teoritis. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kandungan lain yang ada dalam air baku yang ikut bereaksi dengan Khlor, sehingga nilainya jauhh menyimpang.
c.       Penambahan KMnO4
Penurunan Fe             : Kenaikan DO
(0,310 – 0,120)           : (31,609)
0,19                            : 31,609 x 0,0316
0,006                         : 1
ü 1 mg/l KMnO4 è Menghilangkan 0,006 mg/l Fe è secara praktik
ü 1 mg/l KMnO4 è Menghilangkan 0,57  mg/l Fe è secara teori

Nilai kebutuhan praktik lebih kecil dari nilai teoritis karena air baku tersebut memiliki kandungan O2 yang tinggi, sehingga membutuhkan jumlah DO sedikit untuk menurunkan kandungan Fe sebesar 6,4 mg/L. Biasanya kebutuhan lapangan lebih sedikit dari pada kebutuhan teoritis karena, pada KMnO4 dimasukan ke dalam air maka ada Mn2+ yang terbentuk dan menjadi oksidator baru. Terbukti dari perhitungan tersebut.
Apabila terdapat kekurangan kemungkinan karena kurangnya tingkat keakuratan alat yang rendah, kurangnya ketelitian dalam melakukan percobaan seperti menitrasi dan mengukur volume larutan. 

IX.    KESIMPULAN
Diketahui konsentrasi awal Besi sebesar 0,310 mg/L Fe,setelah di beri beberapa metode pengolahan ,nilai konsentrasi Fe menjadi turun. Setelah di olah dengan aerasi konsentrasi nya turun 100% yaitu 0,310mg/L dengan nilai penurunan 0,310 mg/L. Setelah diberi penambahan KMnO4, konsentrasi Fe menjadi turun sebesar 0,120 mg/L dengan nilai penurunan 0,19 mg/L. Kemudian diberi penambahan khlor konsentarsi Fe turun menjadi 0,310 mg/L turun 100 %.

X.       DAFTAR PUSTAKA
*      MODUL PRAKTIKUM KIMIA AIR “Penghilangan Besi dan Mangan”
*      Materi kuliah kimia air

Tidak ada komentar:

Posting Komentar